KABARKLATEN.COM_ Wisuda Hufadz dan Pelepasan Kelas Akhir Angkatan II Ma’had Tahfidzul Quran Abu Bakar Ash Shiddiq diselenggarakan oleh Ma’had Abu Bakar Ash Shiddiq pada Kamis (18/07/2024) di Masjid Al Mustaqim Janti, Polanharjo, Klaten. Sebanyak tujuh santri diwisuda setelah dua tahun “nyantri” dan berhasil menghafal 30 juz Al-Quran.
Ketujuh santri tersebut adalah Faiz Ahmad Nasrudin bin Sugeng Riyadi (Tawangmangu, Karanganyar), Sabil Al Falah bin Samiri Sahera (Bangka Belitung, Sumatra Selatan), Haikal bin Kasmin (Dompu, NTB), Rahmad Yoga Saputra bin Bambang Rudiyanto(Cawas, Klaten), Firman bin Ibrohim. (Dompu, NTB), dan Adib Syamaidzar bin Muh. Idris (Lamongan), Zulfaturrohman bin Puji Harto (Magetan). Prosesi wisuda dilakukan oleh H. Muslim selaku direktur ma’had dan Ustaz KH. Muzayyin Marzuki, MA sebagai sesepuh ma’had.
Wisuda tersebut dihadiri Camat beserta jajaran Forkompimcam Polanharjo, Kepala Desa Janti, Kepala KUA Polanharjo, Kepala Kemenag Kab. Klaten, dan para donator yang turut berperan dalam mendukung kegiatan di Ma’had Abu Bakar Ash Shiddiq. Hadir pula orang tua para wisudawan dan warga sekitar masjid Al Mustaqim yang telah mensupport kegiatan-kegiatan di ma’had.
Direktur Ma’had Abu Bakar Ash Shiddiq, Ustaz H. Muslim menyampaikan dalam sambutannya bahwa santri tidak hanya dibina dan dididik dengan ilmu Al-Quran tetapi mereka diarahkan untuk dekat dengan masyarakat atau warga sekitar ma’had. Sehingga, salah satu program ma’had mengadakan pembinaan tahfiz di masjid-masjid sekitar ma’had. Salah satu binaan ma’had adalah TPQ Ar-Ridha Desa Wunut.
“Selain warga sekitar pondok, beberapa sekolah baik SD, SMP maupun MTs meminta kerja sama dengan pihak ma’had untuk membina tahfiz murid-murid di sana. Karena orang tua antusias menyekolahkan anaknya ke sekolah yang ada embel-embelnya Al-Quran. Mereka ingin anaknya bisa baca bahkan hafal Al-Quran,” tutur H. Muslim.
Latar belakang berdirinya Ma’had Tahfidzul Quran disampaikan oleh ketua yayasan, Drs. H. Muslih, MM (Kepala KUA Kec. Karanganom periode 2017-2022).
Dalam paparannya, H. Muslih menceritakan adanya tawaran tanah wakaf di tahun 2013. Tanah wakaf di sekitar masjid Al-Mustaqim Janti yang strategis ini mulai dibangun 2016 dengan dana berasal dari para muhsinin/ donator.
“Dan hingga saat ini, Alhamdulillah para donator hingga hari ini masih membiayai termasuk untuk pendidikan para santri. Padahal para donator itu ada yang belum pernah berkunjung ke ma’had dan bertemu dengan saya. Tetapi, mereka masih percaya kepada kami Karena kami selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan yang kami adakan,” papar H. Muslih menambahkan.
Besar harapan H. Muslih kepada pemerintah desa Janti agar ma’had mendapat support dalam kegiatan pengabdian santri ke masyarakat. “Dalam even Janti Menghafal surah An-Naba supportnya begitu besar apalagi untuk menghafal 30 juz,” harap H. Muslih.
Pada akhir acara setelah prosesi wisuda, tausiyah disampaikan oleh KH. Zuhal Abdurrahman Al Hafidz. KH. Zuhal menyampaikan kerusakan moral, akhlak, dan adab yang dilakukan oleh oleh generasi Z saat ini. Padahal anak-anak yang digadhang-gadhang menjadi penerus bangsa di tahun emas yaitu 2045 mendatang.
“Bagaimana akan menjadi penerus bangsa jika gegenrasi Z saat ini memiliki akhlak, moral, dan adab yang tidak baik? Bagaimana akan menjadi pemimpin bangsa jika kondisi generasinya seperti ini?” pertanyaan KH. Zuhal.
KH. Zuhal meminta kepada pemerintah pemangku kebijakan untuk menolong pondok-pondok pesantren agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Pondok pesantren menjadi pondasi dan tulang punggung bangsa ini untuk menghasilkan santri-santri yang akan memimpin bangsa ini di tahun 2045.
Pesan kepada para wsudawan pun disampaikan oleh KH. Zuhal bahwa selesai belajar di pondok selama dua tahun tidak menjadikan mereka cukup dan berhenti menuntut ilmu. Bahkan, kata KH. Zuhal, ini adalah start mereka memasuki perjuangan di masyarakat.
“Ilmu kalian masih belum cukup dan teruslah kalian belajar termasuk ilmu berkaitan dengan hokum-hukum Islam, misal menempuh pendidikan S1. Karena saat para santri kembali ke masyarakat, mereka akan menjadi tempat bertanya berbagai ilmu agama,” tegas KH. Zuhal.
Selain itu, KH. Zuhal berpesan kepada para wisudawan untuk terus mengulangi hafalan/ muraja’ah karena perjuangan menghafal Al-Quran 30 juz penuh perjuangan.(Cahya)
No Responses